Rabu, 16 September 2015

DELANGGU






Sore itu kita sedang bercanda bersama di dalam sebuah mobil berlogo, berwarna biru dan orange, dari Solo menuju Klaten. Suasana hangat mengangkat rasa lelah dari bahu dan pikiran kami.
Hari itu, Kamis, 3 September 2015, kami para Direksi, Pimpinan Cabang, Remedial dan Supervisor serta sekdir yang selalu setia mendampingi mengadakan meeting bersama di Kantor Cabang Solo.
“Sesekali kita adakan meeting di kantor cabang yang jarang kita kunjungi, siapa tahu akan semakin terasa erat silahturahmi kita bersama”, begitu Pak Bandi menyampaikan prakata di dalam  pembukaan. Pukul 09.00  kami berangkat dari Klaten dan pukul 10.00 tepat kami memulai meeting di awal September yang konon katanya adalah bulan ceria. Meeting berjalan dengan lancar dan sesuai rencana walaupun pulang membawa kabar tak sedap tapi kami tetap tak pernah menyerah. Bahu membahu untuk menyelesaikan masalah dan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Selama perjalanan pulang ada satu spot yang sangat menarik perhatian saya. Seketika saya pun meninggalkan perbincangan dengan para supervisor dan segera mengeluarkan alat vital seorang jurnalis. Dengan bermodal android keluaran China yang memiliki banyak keunggulan itu, galeri handphone saya mulai memenuhi  memori. Hampir dua ribu foto tentang kehidupan saya abadikan di dalamnya.
Coba perhatikan dalam-dalam hasil jepretan manual handphone China itu, nampak mentari yang tenggelam menemani merapi yang menua. Aliran sungai deras menghidupi sawah-sawah di kota beras. Bambu yang terikat kuat  dan sambung menyambung menjadi sebuah jembatan tradisional menambah elok panorama desa yang menenangkan. Banyak yang tidak peduli tentang kesederhanaan itu. Banyak yang tak peduli makna desa, sawah, dan petani. Kecanggihan kota-kota besar mulai menggeser apa yang telah Tuhan titipkan kepada kita.
Tiba-tiba saya teringat ketika saya masih menjadi bagian pelayanan nasabah atau customer service. Setiap hari kami melayani berbagai macam nasabah dari berbagai tingkatan perekonomian dan sosial.  Ada satu figur nasabah yang pernah menyentuh hati saya, namanya Pak Sumanto Brojol. Beliau adalah nasabah kami yang sangat disiplin. Selalu membawa onthel kebo setiap kali membayar angsuran ke kantor Klaten, melepas sandal yang ia kenakan, memakai caping, dan baju yang biasa ia kenakan ke sawah. Salam panjalu yang disertai senyuman saya pun terasa sangat tulus dari dalam hati, ketika beliau memasuki ruang tunggu nasabah. “Itulah Pak, bukti bahwa kami bersyukur kami dapat hadir di tengah-tengah masyarakat seperti Bapak dan kami senang dapat melayani dan menjadi solusi bagi Bapak dan keluarga petani yang lainnya, alhamdulillah”, batin saya berucap. Semoga apa yang telah kami berikan kepada nasabah akan menjadi solusi tepat bagi keuangan seluruh keluarga di Klaten, Solo, Jawa Tengah, bahkan di seluruh Indonesia nanti. Amin.

- Agustin R  (Sekretaris Direksi)
Jurnalis Website Contact - PT. BPR Restu Klaten Makmur
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar