Kamis, 30 November 2017

KEPRIBADIAN - CELOTAH & CELOTEH (Bacaan Santai dan Berisi) - Edisi : 30 November 2017



CELOTAH & CELOTEH
(Bacaan Santai dan Berisi)

Edisi : Kamis, 30 November 2017


"KEPRIBADIAN"

Apa itu kepribadian ??
Kepribadian adalah cara merespon yang khas pada suatu stimulus sesuai dengan yang disukai individu tersebut. Stimulus yang sama akan direspon dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda, karena kepribadian mereka berbeda. Jadi, kepribadian adalah cara merespon stimulus tanpa paksaan.



Kepribadian bukanlah kecakapan/kompetensi. Individu yang punya kepribadian "ingin/berhasrat untuk memimpin orang lain" belum tentu menjadi individu yang cakap/kompeten menjadi pemimpin, kalau tujuan hidupnya dan kecerdasannya tidak mendukung. Sebaliknya, individu yang punya tujuan hidup menjadi pemimpin dan punya kecerdasan yang memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, bisa kompeten/cakap menjadi pemimpin, meskipun kepribadiannya  "biasa-biasa saja dalam hal ingin/berhasrat untuk memimpin orang lain".



----- oOo -----
Penulis: 
Constantinus



CELOTAH & CELOTEH adalah serba-serbi manajemen SDM dalam obrolan ringan 
yang ditulis oleh Constantinus, seorang ilmuwan psikologi & praktisi HR

Rabu, 29 November 2017

SERBA-SERBI IQ dan Hirarki 5 Aspek - CELOTAH & CELOTEH (Bacaan Santai dan Berisi) - Edisi : Rabu, 29 November 2017

CELOTAH & CELOTEH
(Bacaan Santai dan Berisi)

Edisi : Rabu, 29 November 2017
"IQ dan Hirarki 5 Aspek" 



CELOTAH : Katanya, IQ itu tidak menjamin kesuksesan di tempat kerja, ya ?

CELOTEH : Hmmm..... Terus, maksud kamu apa ?

CELOTAH : Maksudku, saya tidak perlu peduli IQ saya berapa....

CELOTEH : Nah, di situ kamu salah !

CELOTAH : Lho ? Kok salah ?

CELOTEH : Begini.... Memang IQ saja tidak menjamin kesuksesan di tempat kerja. Saya ulangi, ya.... IQ saja tidak menjamin kesuksesan di tempat kerja. Bukan IQ tidak menjamin kesuksesan di tempat kerja ! Tapi memang bukan IQ saja yang menyebabkan kesuksesan di tempat kerja. Ada faktor lain yang menentukan kesuksesan di tempat kerja....

CELOTAH : Apa itu ?

CELOTEH : Pertama-tama ada kecocokan antara tujuan hidup karyawan dengan visi dan misi perusahaan. 

CELOTAH : O.... Itu lebih penting dibandingkan kecerdasan, ya ?

CELOTEH : Ya. Ranking kedua adalah kecerdasan.

CELOTAH : Ranking ketiga ?

CELOTEH : Ranking ketiga adalah kepribadian, termasuk di sini gaya hidup karyawan, apakah sejalan dengan budaya perusahaan. Budaya perusahaan di sini 'kan jujur, bertanggung jawab, komunikatif, cerdas, dan tulus ikhlas.

(Bersambung)
----- oOo -----
Penulis: 
Constantinus


CELOTAH&CELOTEH adalah serba-serbimanajemen SDM dalam obrolan ringan 
yang ditulis oleh Constantinus, seorang ilmuwan psikologi & praktisi HR
 

Selasa, 28 November 2017

SERBA-SERBI PSIKOTES KECERDASAN - CELOTAH & CELOTEH (Bacaan Santai dan Berisi) - Edisi : Selasa, 28 November 2017

CELOTAH & CELOTEH
(Bacaan Santai dan Berisi)

Edisi : Selasa, 28 November 2017


"SERBA-SERBI PSIKOTES KECERDASAN" 








----- oOo -----
Penulis: 
Constantinus


CELOTAH&CELOTEH adalah serba-serbimanajemen SDM dalam obrolan ringan 
yang ditulis oleh Constantinus, seorang ilmuwan psikologi & praktisi HR
 

Senin, 27 November 2017

Cerdas dalam Bekerja dan Beraktivitas - CELOTAH & CELOTEH (Bacaan Santai dan Berisi) - Edisi : Senin, 27 November 2017

CELOTAH & CELOTEH
(Bacaan Santai dan Berisi)

Edisi : Senin, 27 November 2017


"Cerdas dalam Bekerja dan Beraktivitas"



CELOTAH : Apakah di perusahaan ini, karyawan harus cerdas ?

CELOTEH : Ya. Karyawan harus cerdas. Tidak boleh ada karyawan yang tidak cerdas.

CELOTAH : Mengapa harus begitu ?

CELOTEH : Karena itu adalah budaya perusahaan ini ! Panca Karya sila keempat berbunyi "Cerdas dalam bekerja dan beraktivitas".

CELOTAH : Apa yang dimaksud dengan kata "cerdas" ?

CELOTEH : Memiliki daya tangkap dan perhatian yang tinggi sekali tentang apa saja yang terkait dengan visi-misi perusahaan maupun pekerjaannya.

CELOTAH : Apa yang dimaksud dengan kata-kata "dalam bekerja" ?

CELOTEH : Artinya, ya dalam melakukan pekerjaan di kantor.

CELOTAH : Apa yang dimaksud dengan kata-kata beraktivitas ?

CELOTEH : Artinya, harus cerdas juga dalam pola pikir, sikap, dan perilaku supaya bisa mewujudkan visi dan misi perusahaan, baik di saat kerja maupun di luar jam kerja.

CELOTAH : Contohnya ?

CELOTEH : Supaya bisa mewujudkan visi perusahaan "terkemuka, profesional, memberikan nilai lebih", semua karyawan harus senang belajar dengan membaca ketika di luar jam kerja. Dengan demikian, dia menjadi karyawan yang "cerdas" karena pengetahuannya luas.


----- oOo -----
Penulis: 
Constantinus


CELOTAH&CELOTEH adalah serba-serbimanajemen SDM dalam obrolan ringan 
yang ditulis oleh Constantinus, seorang ilmuwan psikologi & praktisi HR
 

Sabtu, 25 November 2017

"Beladiri Karyawan"



Oleh :
Constantinus


Saya agak terkejut ketika minggu lalu menerima pesan Whatsapp dari seorang kenalan saya.

"Saya diberi tugas oleh manajer saya untuk melatih karyawan bagian kasir dan customer service supaya mereka bisa beladiri, Pak," demikian bunyi pesan itu.

Saya agak terkejut karena yang harus dilatih oleh kenalan saya itu adalah karyawan yang tugasnya boleh dikatakan bukan di bagian pengamanan (bukan sebagai satuan pengamanan / Satpam). Sebab, biasanya Satpam-lah hang dilatih untuk beladiri sebagai salah satu syarat kompetensi untuk bekerja.

"Tapi 'kan istrimu juga melatih beladiri kepada karyawan di tempat kamu bekerja," komentar Slontrot, teman saya minum teh sore itu. Slontrot memang sedang minum teh bersama saya, ketika saya menerima pesan WA dari kenalan saya di atas. "Padahal, 'kan yang dilatih istri kamu itu juga karyawan yang bekerja bukan di bagian Satpam. Terus, itu untuk apa ?"

Saya menyeruput teh hangat saya, kemudian menjawab pertanyaan Slontrot.

"Memang benar, yang dilatih karate oleh istri saya juga bukan karyawan bagian Satpam. Ada yang bekerja di bagian customer service, administrasi, teknologi informasi atau komputer, dan juga sumberdaya manusia," kata saya. "Saya agak terkejut karena di perusahaan lain juga ternyata melakukan hal saya sama".

Sebagai seorang praktisi karate sekaligus ilmuwan psikologi dan juga praktisi manajemen sumberdaya manusia, saya sering ditanya tentang alasan perusahaan memberikan pelatihan beladiri kepada karyawan yang bukan bekerja di bagian Satuan Pengamanan (Satpam). 


"Itu karena perusahaan harus menjaga stabilitas operasionalnya, juga supaya tetap efisien," jawab saya.

"Penjelasannya bagaiman ?" tanya Slontrot.

"Kalau suatu ketika ada gangguan keamanan di perusahaan, karena ada penjahat yang datang untuk melakukan perbuatan kriminal, maka karyawan non Satpam yang bisa beladiri dapat melarikan diri untuk mencari dan mendapatkan bantuan. Dengan demikian penjahat tidak jadi berlama-lama melakukan aksi kejahatan, atau bahkan tidak jadi melakukan kejahatan, karena takut dikeroyok massa yang datang setelah mendengar teriakan si karyawan tersebut".

"Lho, bukannya karyawan itu harus melawan penjahat untuk mempertahankan aset perusahaan ?" tanya Slontrot.

"Tidak. Itu konyol dan membahayakan keselamatan nyawanya" jawab saya. "Dia 'kan bukan karyawan bagian Satpam".

"Oh, begitu pola pikirnya," kata Slontrot. "Jadi, untuk meloloskan diri guna mendapatkan bantuan itu perlu beladiri, ya ?"

"Benar," kata saya. "Tidak mungkin penjahat mengizinkan karyawan untuk minta bantuan. Itu tidak masuk akal".

Slontrot mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Masih ada lagi, lho," kata saya.

Slontrot memandang saya.

"Supaya kalau suatu ketika terjadi peristiwa yang tidak diinginkan di luar jam kerja, misalnya ketika sedang jalan-jalan ada penjahat yang meminta paksa handphone karyawan, maka karyawan yang bisa beladiri akan memberikan handphone-nya, bukan mempertahankannya," kata saya.

Slontrot melotot.

"Lho, apa gunanya bisa beladiri, kalau tidak bisa mempertahankan handphone ?" tanya Slontrot.

"Karena handphone adalah jauh lebih murah daripada nyawa," jawab saya. "Jangan sampai nyawa melayang sia-sia karena sebuah handphone".

"Terus, apa gunanya beladiri kalau begitu ?" tanya Slontrot.

"Supaya kalau penjahat itu ternyata mengancam nyawa padahal handphone sudah diberikan, penjahat itu bisa dilumpuhkan," kata saya.

"Lha kenapa harus menunggu penjahat itu mengancam nyawa baru dilumpuhkan ?" tanya Slontrot.

"Karena ketika melumpuhkan penjahat, bisa saja juga mengalami luka karena sabetan senjata tajam milik penjahat," kata saya. "Jadi, memang beladiri baru dipakai kalau terpaksa saja".

Slontrot terlihat semakin tertarik. "Tapi, kaitannya dengan stabilitas operasional perusahaan dan supaya tetap efisien, saya kok belum paham".

"Perusahaan memfasilitasi karyawan supaya bisa beladiri, supaya karyawan tidak salah bertindak ketika menghadapi situasi tidak terduga seperti itu," kata saya. "Sebab, kalau salah langkah, karyawan bisa cedera atau meninggal dunia. Itu mengganggu operasional perusahaan. Apalagi kalau sampai meninggal dunia, perusahaan harus mencari karyawan untuk menggantikan dan memberikan pelatihan lagi. Itu tidak efisien".


 ---- oOo -----

Penulis: 
Constantinus



Penulis adalah ilmuwan psikologi,
kandidat psikolog industri & organisasi,
praktisi manajemen sumberdaya manusia,
komisaris BPR Restu Group,
dan anggota Keluarga Sabuk Hitam INKADO Jawa Tengah