Senin, 05 Oktober 2015

Kapal pesiar tenggelam






Setiap pagi di BPR AMS selalu ada yang bertugas memimpin rekan-rekan untuk berdoa, membaca Ikrar Pancakarya dan menyampaikan cerita motivasi. Hal ini dilakukan secara bergiliran sesuai jadwal yang dibuat oleh Mbak Tata sebagai HR Contact. Berikut ini salah satu cerita motivasi yang saya kutip semoga bisa menginspirasi kita semua.
                Seorang guru menceritakan kisah ini di kelas. Sebuah kapal pesiar hampir tenggelam karena kecelakaan di tengah lautan. Sepasang suami istri dan seorang anaknya berusaha menyelamatkan diri berlari menuju sekoci. Sampai di sekoci tersebut, mereka baru menyadari bahwa ternyata hanya tersisa satu tempat. Sang suami segera melompat untuk masuk ke sekoci mendahului istrinya. Sang istri meneriakkan satu kalimat sambil menatap sekoci yang semakin menjauh. Guru bertanya kepada murid-muridnya, “Apakah kalian tahu, apa yang diteriakkan oleh istri tersebut?”
Murid-murid menjawab
“Aku benci kamu!”
“Kamu egois!”
“Kamu jahat padaku!”
Tapi guru itu melihat bahwa ada satu murid yang diam saja. Guru itu meminta murid itu menjawab.
“Saya yakin istri tersebut berteriak ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’” jawab murid itu dengan suara pelan dan mata menerawang.
Sang guru terkejut dan mengira bahwa murid tersebut pernah mendengar cerita ini sebelumnya. Namun, murid itu menggeleng “Belum. Itu yang dikatakan mama saya sebelum dia meninggal karena penyakitnya.”
“ Jawaban itu benar.” Kata sang guru kepada seisi kelas. Kapal itu akhirnya tenggelam dan sang suami membawa anak mereka pulang sendirian.
                Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak tersebut menemukan buku harian milik ayahnya. Dalam buku itu sang anak menemukan kenyataan bahwa ketika ayah ibunya naik kapal pesiar, mereka telah mengetahui bahwa sang ibu mengidap penyakit kronis dan akan segera meninggal. Oleh karena itu, pada saat darurat sang ayah memutuskan untukmengambil kesempatan satu-satunya untuk bertahan hidup. Sang ayah menuliskan “Aku sangat berharap untuk mati di dasar laut bersamamu. Namun, demi anak kita aku harus membiarkanmu tenggelam selamanya di bawah sana.”
Ceritapun selesai dan seisi kelas terdiam. Seluruh murid tahu moral dari cerita tersebut. Kita bisa menyimpulkan bahwa kejahatan ataupun kebaikan yang terjadi di dunia ini tidak sesederhana yang sering kita pikirkan. Berbagai komplikasi alasan yang melatarbelakangi hal tersebut yang kadang sulit untuk kita mengerti. Oleh karena itu, hendaknya kita jangan langsung menghakimi tanpa tahu apa-apa. Yuk, kita lebih bijak untuk menyikapi tindakan orang lain dengan mencoba melihat bukan hanya dari satu sisi. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang berpikiran jernih.

Pramita D. Ariyani
--PT. BPR Artha Mukti Santosa--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar