Sore itu kita sedang bercanda bersama di dalam
sebuah mobil berlogo, berwarna biru dan orange, dari Solo menuju Klaten.
Suasana hangat mengangkat rasa lelah dari bahu dan pikiran kami.
Hari itu, Kamis, 3 September 2015, kami para
Direksi, Pimpinan Cabang, Remedial dan Supervisor serta sekdir yang selalu
setia mendampingi mengadakan meeting
bersama di Kantor Cabang Solo.
“Sesekali kita adakan meeting di kantor cabang yang jarang kita kunjungi, siapa tahu akan
semakin terasa erat silahturahmi kita bersama”, begitu Pak Bandi menyampaikan prakata
di dalam pembukaan. Pukul 09.00 kami berangkat dari Klaten dan pukul 10.00
tepat kami memulai meeting di awal
September yang konon katanya adalah bulan ceria. Meeting berjalan dengan lancar dan sesuai rencana walaupun pulang
membawa kabar tak sedap tapi kami tetap tak pernah menyerah. Bahu membahu untuk
menyelesaikan masalah dan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Selama perjalanan pulang ada satu spot yang sangat
menarik perhatian saya. Seketika saya pun meninggalkan perbincangan dengan para
supervisor dan segera mengeluarkan alat vital seorang jurnalis. Dengan bermodal
android keluaran China yang memiliki banyak keunggulan itu, galeri handphone
saya mulai memenuhi memori. Hampir dua
ribu foto tentang kehidupan saya abadikan di dalamnya.
Coba perhatikan dalam-dalam hasil jepretan manual
handphone China itu, nampak mentari yang tenggelam menemani merapi yang menua.
Aliran sungai deras menghidupi sawah-sawah di kota beras. Bambu yang terikat
kuat dan sambung menyambung menjadi
sebuah jembatan tradisional menambah elok panorama desa yang menenangkan.
Banyak yang tidak peduli tentang kesederhanaan itu. Banyak yang tak peduli
makna desa, sawah, dan petani. Kecanggihan kota-kota besar mulai menggeser apa
yang telah Tuhan titipkan kepada kita.
Tiba-tiba saya teringat ketika saya masih menjadi
bagian pelayanan nasabah atau customer
service. Setiap hari kami melayani berbagai macam nasabah dari berbagai
tingkatan perekonomian dan sosial. Ada
satu figur nasabah yang pernah menyentuh hati saya, namanya Pak Sumanto Brojol.
Beliau adalah nasabah kami yang sangat disiplin. Selalu membawa onthel kebo setiap kali membayar
angsuran ke kantor Klaten, melepas sandal yang ia kenakan, memakai caping, dan
baju yang biasa ia kenakan ke sawah. Salam panjalu yang disertai senyuman saya
pun terasa sangat tulus dari dalam hati, ketika beliau memasuki ruang tunggu
nasabah. “Itulah Pak, bukti bahwa kami bersyukur kami dapat hadir di tengah-tengah
masyarakat seperti Bapak dan kami senang dapat melayani dan menjadi solusi bagi
Bapak dan keluarga petani yang lainnya, alhamdulillah”, batin saya berucap.
Semoga apa yang telah kami berikan kepada nasabah akan menjadi solusi tepat
bagi keuangan seluruh keluarga di Klaten, Solo, Jawa Tengah, bahkan di seluruh
Indonesia nanti. Amin.
- Agustin R (Sekretaris Direksi)
Jurnalis Website Contact - PT. BPR Restu Klaten Makmur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar