Senin, 30 Maret 2015

GADO-GADO Cerita Hidup Bersama Pak Tinus - edisi 30 Maret 2015

GADO-GADO
Bersama : Pak Tinus
(Praktisi Psikologi Industri, Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO))

KOK KERJA DI BANK ? Ini adalah kalimat tanya yang paling sering diajukan orang kepada saya di tahun 1995 (dua puluh tahun yang lalu). Ketika itu, saya baru diterima sebagai karyawan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, padahal saya adalah Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro. 

Saya hanya tersenyum semanis mungkin yang bisa saya lakukan untuk menghadapi pertanyaan itu. Saya tidak merasa perlu untuk menjawabnya. Mereka yang mengajukan pertanyaan itu kepada saya tidak memerlukan jawaban dari saya maupun dari Bank BNI yang mempekerjakan saya. Tepatnya, itu hanya pertanyaan iseng saja : Sarjana Perikanan kok bekerja di bank.

* * * 

"Apa kamu tidak ingin bekerja di bidang perikanan, sesuai pendidikan formalmu ?" tanya Slontrot kepada saya.

"Dulu ya ingin. Saya mendapat gelar Sarjana Perikanan tahun 1995 bulan Februari. Bulan Desember tahun yang sama saya diterima di Bank BNI. Waktu itu, lowongan kerja di bank terbuka lebar. Saya melamar dan diterima," jawab saya.

"Kamu pernah melamar di bidang perikanan ?" tanya Slontrot menyelidik.

"Pernah. Melamar di Perikanan Undip, tapi tidak diterima," jawab saya.

"Kamu tidak jengkel ? Tidak protes ? Katanya kamu lulus dengan predikat Cumlaude," tanya Slontrot lagi.

"Saat itu, jengkel iya. Protes tidak. Entah kenapa, meski kecewa, saya cenderung bisa menerima bahwa saya harus bekerja di bidang yang berbeda dengan pendidikan formal saya," jawab saya. "BERDAMAI DENGAN KEADAAN," kata saya lagi.

* * *

Ketika saya mengatakan kalimat BERDAMAI DENGAN KEADAAN, beberapa orang mengartikannya dengan MENYERAH. Padahal tidak ! 

Saya berdamai dengan keadaan artinya saya MENERIMA yang terjadi, BERSYUKUR kepada Tuhan, dan tetap BERJUANG secara nyata untuk MENYESUAIKAN DIRI dengan "dunia pekerjaan baru yang tidak sesuai dengan pendidikan formal" saya. 

"Seperti apa itu ?" tanya Slontrot.

Saya heran, kenapa Slontrot bisa muncul setiap saat dan di mana saja.

"Saya kuliah S-2 Manajemen. Jadi, meskipun S-1 saya di bidang Perikanan, S-2 saya di bidang Manajemen. Kenapa saya tidak mengambil S-2 Perikanan ? Karena saya BERDAMAI DENGAN KENYATAAN bahwa saya bekerja di bank," kata saya.

Slontrot mengangguk-anggukkan kepala.

"Saya memang harus hidup hemat untuk membayar kuliah S-2 saya waktu itu. Saya membatalkan rencana membeli mobil karena uangnya saya pakai untuk kuliah S-2. Saya yang memilihi dan memutuskan demikian," kata saya lagi.

Slontrot masih saja mengangguk-anggukkan kepala.

"Kamu sampai membatalkan rencana membeli mobil karena kamu memilih menggunakan uang tersebut untuk kuliah S-2 ?" tanya Slontrot.

"Ya," jawab saya.

* * * 

Saya waktu itu (menjelang lulus Sarjana Perikanan) juga punya Sertifikat Kursus Perbankan dan menjadi lulusan terbaik, serta mempunyai Sertifikat Programer Komputer (tahun 1994, yang populer adalah Programer dBase III+). 

Saya memang waktu itu belum tahu tentang BEI (Behavioral Evidence Interview) alias wawancara yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menggali bukti nyata pada diri pelamar kerja. Namun sekarang, di tahun 2015 (yaitu 20 tahun sejak saya lulus kuliah S-1 Perikanan) sebagai seorang Praktisi Psikologi Industri saya menyadari bahwa ketika itu saya SUDAH MENUNJUKKAN BUKTI NYATA bahwa saya memang sudah MEMPERSIAPKAN DIRI untuk bekerja di bank : kursus programer komputer, kursus perbankan, dan saya mahir Bahasa Inggris (karena itu, saya di Bank BNI ditempatkan di Departemen Jasa Luar Negeri & Ekspor - Impor yang menjalankan transaksi dengan bank di luar negri, semuanya dengan sistem komputer).

* * *

Hidup memang penuh dengan suka duka. Banyak teman dari S-1 Perikanan Undip yang bekerja di bidang perikanan. Hanya sebagian yang bernasib seperti saya : bekerja di luar bidang perikanan. Ada yang menjadi politikus ternama di Indonesia, ada yang bekerja di bidang perbankan seperti saya (dan istri saya juga). Saya juga kenal baik seorang Insinyur Peternakan Universitas Gadjah Mada yang sekarang menjadi psikolog ternama di Semarang. 

"Untuk bisa berhasil di bidang yang digeluti, terutama yang tidak sesuai dengan pendidikan formal, maka kita harus tekun bekerja sekaligus belajar. Kenalan saya yang Insinyur Peternakan UGM itu kuliah lagi di bidang S-1 Psikologi dan S-2 Psikologi, sehingga kompetensinya tidak diragukan lagi. Begitulah artinya BERDAMAI DENGAN KEADAAN," kata saya kepada Slontrot,

Seperti tadi, Slontrot masih juga mengangguk-anggukkan kepalanya. 

* * *

Semoga sharing pengalaman di atas dapat membantu menumbuhkan semangat teman-teman yang sudah bekerja di bidang yang tidak sejalan dengan pendidikan formalnya, maupun bagi teman-teman yang saat ini sedang berjuang mencari pekerjaan.

Tentu saja, selain berusaha, harus tetap berdoa mohon berkat kepada Tuhan, karena semuanya adalah karena kasih karunia-Nya.

-----oOo-----

Penulis: 
Ir. Constantinus, M.M.


Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun. 
Sejak tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar