Senin, 02 Maret 2015

GADO-GADO Cerita Hidup Bersama Pak Tinus - edisi 02 Maret 2015

GADO-GADO
Bersama Pak Tinus
(Ilmuwan dan Praktisi Psikologi Industri, Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Anggota Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi (APIO))




Keterangan Foto :

Foto Bersama Karateka Inkado di Dojo SMP Ksatrian - Jalan Pamularsih Semarang tahun 2006.

* * *


Nostalgia. Masa lalu memang indah untuk diingat. Lagu-lagu jadul (= jaman dulu), iklan-iklan jadul (saya biasa menonton diwww.youtube.com), juga foto-foto jadul (ketika saya masih muda).

Foto bersama teman-teman Karateka Inkado di atas, misalnya. Seingat saya, terakhir saya latihan di "dojo" (tempat berlatih karate) adalah di tahun 2006. Itu berarti sudah sembilan tahun yang lalu. Saya masih 36 tahun saat itu, dan anak saya (Bernardine Agatha) baru berumur 7 tahun, masih kelas II SD. 

* * *

"Mengapa kita suka mengenang masa lalu, ya ?" tanya Slontrot kepada saya.

"Karena dengan mengenang masa lalu, kita bisa melihat seberapa jauh perjuangan kita sudah berjalan sejak saat itu sampai sekarang.....dan bagaimana hasilnya," jawab saya.

"Tentang foto karate itu misalnya, apa yang bisa kamu simpulkan ?" tanya Slontrot lagi.

"Itu adalah masa-masa indah. Saya, istri, dan anak setiap Minggu pagi berlatih karate di dojo bersama teman-teman karateka yang lain. Anak saya adalah salah satu karateka terkecil saat mulai latihan karate, baru lima tahun," kata saya.

"Tapi 'kan kamu tidak berlatih karate lagi sekarang ?"

"Iya. Saya harus bekerja dan masih melanjutkan kuliah juga. Akhirnya berhenti latihan karate. Otomatis anak dan istri juga ikut berhenti latihan karate," saya menjawab. "Tapi kami sekeluarga tetap senang dengan olah raga beladiri".

Slontrot tampaknya paham, bahwa ini adalah cerita tentang masa lalu di mana saya harus menyusun SKALA PRIORITAS dan menjalankannya. Beberapa hobi memang terpaksa tidak bisa dilakukan lagi.


* * *

Tidak semua hal yang DIINGINKAN dapat dilakukan dalam hidup ini. Kita harus MEMBUAT skala prioritas, kemudian HARUS MEMILIH prioritas yang memiliki skala tertinggi, dan MENJALANINYA.

* * *

"Dulu kamu mau beli mobil Daihatsu Taft tahun 1981 seharga Rp 10,5 juta, ya ?" tanya Slontrot.

"Iya," jawab saya. "Itu tahun 1996. Tapi tidak jadi".

"Kenapa ?"

"Saya dan calon istri sepakat, uangnya kami pakai dulu untuk bayar uang gedung kuliah S-2 Magister Manajemen," jawab saya.

"Kenapa lebih mengutamakan kuliah daripada beli mobil ?"

"Kalau kami kuliah S-2, punya jabatan bagus, pasti bisa beli mobil. Kalau kami beli mobil dulu, tapi tidak kuliah, maka ketika umur kami bertambah, belum tentu kami masih siap untuk belajar / kuliah lagi.... Kami waktu itu memang sepakat bahwa kami berdua sudah harus tamat S-2 sebelum anak kami lahir....sehingga ketika anak kami lahir, saya dan istri saya sudah punya ijazah S-2. Sudah bisa fokus membesarkan anak," jawab saya.

Dalam hal ini, prioritas kuliah S-2 saya dan istri memang lebih tinggi daripada prioritas membeli mobil.

Sah-sah saja kalau ada yang punya prioritas dengan susunan yang berbeda. Yang penting adalah, hidup itu harus dijalani sesuai dengan SKALA PRIORITAS yang sudah disusun.

Jadi, apa PRIORITAS Anda ?

-----oOo-----



Penulis: 
Ir. Constantinus, M.M.



Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun. 
Sejak tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar