Kamis, 19 Maret 2015


Sketsa Training  Bersama Mbak Happy 

BELAJAR MEMBUAT Term of Reference (TOR) 

Term of Reference (TOR) adalah gambaran tujuan, ruang lingkup dan struktur sebuah proyek (kegiatan) atau kepanitiaan yang telah disepakati untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Definisi di atas mungkin terlalu umum dan sulit dipahami. Penjelasan secara sederhana, jika kita mengadakan sebuah kegiatan, tentunya ada alasan (motif) kenapa kita melakukanya, batasan sejauh apa kita mau melakukannya dan untuk apa kita melakukannya. Itulah yang dituangkan dalam TOR.

 Belajar Dari Pengalama
Suatu hari di tahun 2014 , saya menjadi moderator sekaligus panitia training. Yang saya lakukan beberapa hari sebelum hari H adalah mempersiapkan semuanya (ruangan training, peserta training, materi training dll). Saya menghubungi trainer sekaligus meminta materi yang akan dipresentasikan pada training tersebut. Karena saya (pada saat itu) belum mengetahui apa itu TOR, maka saya hanya menerima materi tersebut tanpa melihat isinya. Hari H trainingpun tiba. Semua berjalan lancar, setibanya trainer tersebut melakukan presentasi , ternyata apa yang dipresentasikan dengan judul pelatihan tersebut bertolak belakang (kagak nyambung kalo orang betawi bilang). Setelah pelatihan tersebut selesai, para peserta mengisi kesan dan pesan. Dan sesuai dugaan saya, di dalam kesan dan pesan tersebut banyak yang menyampaikan bahwa pelatihan tersebut tidak tepat sasaran. Nah dari pengalaman tersebut , untuk sekarang dan selanjutnya saya akan membuat TOR terlebih dahulu agar materi yang akan disampaikan tepat sasaran.

TOR untuk Narasumber
Dalam hal ini, TOR berarti dokumen yag menunjukkan batasan materi yag perlu disampaikan oleh narasumber (pembicara) dan bagaimana kondisi audience (pendengar) saat materi itu diberikan. Maka, ada beberapa poin pokok yang perlu dimasukkan dalam TOR untuk tujuan ini.
Gambar 1 : Contoh Form TOR BPR Restu Group
Keterangan
§  Latar Belakang. Latar belakang ini biasanya muncul dari pertanyaan “Mengapa anda melakukan kegiatan ini?” dari pertanyaan tersebut akan muncul berbagai alasan-alasan yang tanpa disadari adalah memuat latar belakang mengapa harus diadakan kegiatan tersebut.

§  Tujuan. Sampaikan juga, alasan kenapa materi ini perlu disampaikan. Bila perlu buat dalam kategori tujuan umum dan tujuan khusus.

§  Peserta. Berikan juga gambaran kondisi peserta yang perlu diketahui sebelumnya oleh pemateri.

§  Materi. Hukumnya wajib dan mutlak (mutlaq pake Q kalao perlu). Sering ditemui permintaan tolong mengisi materi, judulnya “tentang KEPRAMUKAAN”. Padahal materi berhubungan dengan kepramukaan ada banyak. maka, jika anda menjadi panitia sebuah pelatihan, pastikan setiap materi memiliki judul yang spesifik. Bila perlu, sampaikan materi-materi apa saja yang sudah diberikan dan akan diberikan.

§  Metode. Bagaimana hendaknya materi akan disampaikan. Apakah menghendaki ada waktu untuk tanya jawab, praktek atau penugasan?

§  Nama Trainer. Pastikan nama trainer yang akan mengisi/ menjadi pemateri pada kegiatan tersebut.

§  Nama Pelatihan / Judul . Logikanya, jika anda memilih sebuah judul materi untuk disampaikan pada peserta, anda sudah tahu gambaran isi materi yang akan disampaikan. Tidak masalah jika gambaran itu nanti berbeda dengan yang ada dalam pemikiran pemateri. Setidaknya, jika sudah ada garis besar isi materi, pemateri lebih mudah mempersiapkan diri.

§  Hari/ Tanggal, Waktu, Lokasi . Hari/Tanggal, Waktu dan Lokasi ini harus dipastikan agar peserta dapat mempersiapkan diri dan mengetahui Lokasi tempat kefiatan tersebut dilaksanakan.

§  Evaluasi. Evaluasi Level I      Apakah peserta merasakan puas dengan training ini ?
Evaluasi Level II Apakah ada perubahan pada diri peserta training SEBELUM dan     SESUDAH training dilakukan ?
Evaluasi Level III Apakah peserta selama satu minggu, satu bulan, dan dua bulan setelah training menunjukkan adanya PERUBAHAN POSITIF sesuai TUJUAN yang hendak dicapai oleh training ini ?
Evaluasi Level IV Apakah training sudah memberikan IMPACT (DAMPAK / AKIBAT) secara NYATA.


Poin-poin di atas hanya salah satu alternatif yang sering saya masukkan jika saya membuat TOR untuk narasumber.
Bagi yang belum terbiasa dengan istilah TOR ini, biasakanlah. Karena akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas pelatihan yang anda selenggarakan. Meskipun anda sekedar menyelenggarakan kegiatan rutin yang (menurut anda) sudah jelas arahnya. Pembicara yang tidak terbiasa menerima TOR mungkin akan beranggapan “Ah, kenapa harus repot seperti ini?”
Biasanya orang itu tipe orang yang ketika menyampaiakn materi cukup dengan yang standard dan apa adanya. Tanpa melihat siapa pendengarnya dan perkembangan materi yag akan dibawakannya.

 --oOo---
 Penulis Oleh:
Happy Hapsari, S.H



Alumni Universitas Negeri Semarang
Anggota APIO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar