Pojok Psikologi Industri
Besarnya Pengaruh
Pasangan Hidup Karyawan / Karyawati
terhadap Produktivitas di Tempat Kerja
Oleh :
Constantinus
(Ilmuwan Psikologi
& Praktisi HR)
Suatu ketika, saya diajak ngobrol santai oleh seorang
teman tentang pengaruh pasangan hidup karyawan / karyawati terhadap kemajuan
perusahaan.
"Oh, itu jelas sangat penting !"kata saya.
"Lho, kok bisa ?" teman saya menimpali kata-kata
saya. "Yang bekerja di perusahaan 'kan karyawan / karyawati ? Yang
memajukan perusahaan tentunya karyawan / karyawati !"
*****
Itulah kenyataan
yang masih saja terjadi di (beberapa) perusahaan : dengan pandangan yang sempit
melihat bahwa yang memajukan perusahaan adalah karyawan / karyawatinya.
Padahal, pasangan hidup sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi karyawan /
karyawati untuk bekerja dengan baik (atau tidak baik),, bahkan untuk meniti
karir di perusahaan itu (atau pindah ke perusahaan lain).
*****
"Saya punya kisah nyata," kata saya. "Ada
seorang karyawan bagian penjualan yang bekerja dengan baik sehingga mendapatkan
promosi jabatan menjadi supervisor."
Saya berhenti sejenak, memperhatikan teman saya. Dia
menyimak cerita saya.
"Sebagai supervisor, dia harus lebih banyak kerja
lembur,"saya menjelaskan. "Di sini masalah muncul, karena istrinya
takut sendirian di rumah ketika malam hari !"
"Ah, masa' begitu ?"tanya teman saya dengan nada
tidak percaya.
"Kenyataannya begitu," kata saya. "Supervisor
baru itu lambat tapi pasti mulai jarang lembur. Produktivitasnya jadi menurun.
Anak buahnya minta pindah ke supervisor lain, karena supervisor lain
mendampingi anak buah ketila lembur."
"Lalu, apa yang terjadi ?"tanya teman saya.
"Supervisor yang istrinya takut ditinggal lembur itu
kembali menjadi staf penjualan lagi, dan akhirnya malah mengundurkan
diri," jawab saya.
*****
Apa yang bisa
ditarik dari cerita di atas adalah : manajemen jangan berpandangan sempit
dengan memfokuskan perhatian pada karyawan / karyawati saja, dan melupakan
bagaimana kesiapan istri / suaminya.
"Apa kisah nyata seperti itu banyak terjadi
?"tanya teman saya.
"Ya," jawab saya. "Karyawan / karyawati yang
baik akan menjadi tidak baik ketika istri / suaminya tidak lagi memberi
dukungan untuk bekerja dengan baik. Cepat atau lambat, karyawan / karyawati
yang tidak mendapat dukungan dari pasangan hidupnya, menjadi tidak produktif,
dan bahkan akhirnya mengundurkan diri. Itulah sebabnya, manajemen harus
mengukur dan memperhatikan dukungan istri / suami karyawan / karyawati."
----- oOo -----
Penulis:
Constantinus
Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun.
Sejak
tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources.
Anggota Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI) dan
Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi
Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar