GADO-GADO
Cerita Hidup Bersama Pak Tinus
Sore itu hujan. Jam di mobil menunjukkan waktu 16.00. Saya mengemudikan
mobil di Jalan Depok Semarang, berhenti karena "traffic light"
berwarna merah.
Di depan saya, dari jarak 3 meteran, datang seorang laki-laki kurus usia
50-an membawa setumpuk koran jualannya dalam bungkusan plastik putih
transparan. Korannya dilindungi plastik, dia sendiri hujan-hujanan.
Laki-laki itu menawarkan koran jualannya kepada pengemudi mobil di depan
saya dengan sopan dan wajah ramah. Tidak ada pemaksaan maupun memasang wajah
sedih karena kelaparan (trik seperti ini saya jumpai pada beberapa penjual
koran).
Akhirnya laki-laki itu sampai di mobil saya. Saya mengulurkan uang Rp
2.000,- seraya meminta koran Tribun Jateng yang harganya Rp 1.000,-. Saya
bilang, kembaliannya buat dia saja.
Dengan wajah ceria, ramah, dan penuh semangat, laki-laki itu berkata (dalam
Bahasa Jawa), "Saya beri bonus" seraya memberikan koran Wawasan yang
memang sedang dijual dengan harga promo Rp 1.000,-. Laki-laki itu kemudian
menepuk-nepuk pundak saya dengan penuh semangat. Seolah-olah, dia puas karena
telah bertindak sebagai seorang PROFESIONAL : bahwa dia adalah seorang PENJUAL
koran, bukan seorang PEMINTA-MINTA yang mau menerima uang pemberian secara
GRATISAN.
Lampu "traffic light" keburu berwarna hijau. Saya (harus)
melajukan mobil yang saya kemudikan. Hujan masih turun. Dan saya tidak sempat
ngobrol dengan laki-laki penjual koran itu tentang kenapa dia bertindak
demikian (memberikan bonus koran), dan tidak menerima uang pemberian secara
cuma-cuma.
Mungkin lain kali saya masih bisa bertemu dengan laki-laki penjual koran
itu. Dan mengobrol dengan dia tentang perilaku PROFESIONAL-nya.
Tiba-tiba saya tersenyum kecut dalam hati sambil berpikir, "Apakah
saya sudah se-PROFESIONAL penjual koran itu ?"
-----oOo-----
Penulis:
Ir. Constantinus, M.M.
Renungan di atas ditulis berdasarkan pengalaman nyata pada hari Sabtu
tanggal 24 Januari 2015.
Pak Tinus sudah menulis Cerita Pendek dan Artikel di
media massa
sejak tahun 1989 dengan nama samaran Tien Este
Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun.
Sejak tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar