Senin, 08 Juni 2015

GADO-GADO Cerita Hidup Bersama Pak Tinus - edisi 08 Juni 2015

GADO-GADO
Bersama : Pak Tinus
(Praktisi Psikologi Industri, Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Anggota Asosiasi Psikologi Indonesia (APIO))

* * * * * 

"APA DIA HARUS IKUT TRAINING INI ? 'KAN PENGALAMANNYA SUDAH BANYAK...."

Saya hanya tersenyum ketika salah satu asisten saya bercerita kepada saya, bahwa ada seorang direktur yang menanyakan hal tersebut di atas, ketika seorang karyawan yang sudah BERPENGALAMAN akan diikutkan dalam suatu training.

"Memangnya kalau sudah BERPENGALAMAN pasti TIDAK BUTUH TRAINING ? 'Kan tidak begitu, ya Pak ?" kata asisten saya itu, meminta dukungan dari saya.

"Ya, tentu saja. Karyawan yang sudah BERPENGALAMAN, bisa saja masih harus IKUT TRAINING. Sebab, pengalaman kerja seharu-hari dan pengetahuan yang didapat lewat training merupakan DUA HAL yang BERBEDA, dan SALING MELENGKAPI," jawab saya.

* * * * * 

"Itulah  BAHAYANYA karyawan yang sudah berpengalaman..... Dia merasa sudah TAHU SEMUANYA, dan tidak merasa perlu ikut training lagi.....," kata Slontrot. 

Entah kenapa, kali ini pikiran Slontrot sejalan dengan pikiran saya.

"Kamu ini ada apa, tho ?" tanya saya kepada Slontrot.

"Saya sedang jengkel..... Ada karyawan kok tidak mau diikutkan training..... Alasannya, dia sudah berpengalaman, sudah mahir.... Lha itu 'kan suatu kesombongan yang akan menjerumuskan dia.....," jawab Slontrot berapi-api.

Saya manggut-manggut. Slontrot benar. Karyawan seperti itu seperti katak dalam tempurung, seolah-olah sudah tahu semuanya dari pengalaman kerjanya sehari-hari.....padahal masih ada pengetahuan lain yang seharusnya bisa dia ketahui lewat training.....banyak pengetahuan yang berasal dari pengalaman banyak orang.....yang bisa memperkaya wawasannya.....

* * * * * 

Gengsi juga menjadi salah satu sebab karyawan yang sudah berpengalaman tidak mau ikut training. Bahkan, tidak mau kuliah lagi, meskipun itu diperlukan untuk menunjang pekerjaannya.

Saya sendiri, setiap kali mengikuti training atau kuliah, DENGAN SENGAJA mengkondisikan diri saya sendiri sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Dengan begitu kita SELALU INGIN BELAJAR, dan tidak malu atau salah tingkah pada saat hadir sebagai peserta training atau menjadi mahasiswa. Tapi demi menambah wawasan, kita memang harus mengkondisikan diri bahwa kita masih selalu perlu belajar.

"Apa mungkin itu yang membuat sekarang ini banyak orang penting yang membeli IJAZAH PALSU, ya ?" tanya Slontrot.

"Maksud kamu bagaimana ?" tanya saya.

"Maksud saya begini. Orang-orang itu 'kan sudah merasa berpengalaman. Mereka sudah merasa hebat. Jadi, mereka merasa SUDAH LAYAK mendapatkan IJAZAH dan memakai GELAR Sarjana atau Master atau Doktor TANPA PERLU KULIAH dengan SUNGGUH-SUNGGUH," kata Slontrot.

"Kamu betul sekali," kata saya. "Tetapi, kalau mereka tidak kuliah dengan sungguh-sungguh, apa mereka juga sudah tahu tentang METODOLOGI PENELITIAN dan STATISTIKA sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan pada saat mereka membuat skripsi atau tesis atau disertasi ?"

"Nah, itulah masalahnya..... Mereka bisa pesan kepada orang lain untuk bikin skripsi atau tesisi atau disertasi. Jadi, mereka memang tidak merasa perlu untuk menguasai ilmu-ilmu itu," jawab Slontrot.

Saya kaget juga. "Lho, kalau mereka memakai gelar Sarjana atau Master atau Doktor tetapi tidak menguasai Metodologi Penelitian dan Statistika, lha bagaimana mereka akan melakukan penelitian ? Padahal 'kan Sarjana, Master, atau Doktor itu keunggulannya karena mereka bisa menambah wawasan atau pengetahuan dari penelitian yang dilakukannya. Kalau cuma menambah ilmu dari membaca buku, tidak perlu jadi Sarjana atau Master atau Doktor".

* * * * *

Marilah kita selalu mengkondisikan diri kita sebagai orang yang tidak tahu apa-apa. Pepatah mengatakan : ilmu padi, makin merunduk makin berisi. Betapapun banyak pengalaman kita, marilah kita selalu dengan rendah hati siap mempelajari hal-hal baru lewat training atau kuliah.

-----oOo-----
Penulis: 
Ir. Constantinus, M.M.


Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun. 
Sejak tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar