Senin, 27 Juli 2015

GADO-GADO Cerita Hidup Bersama Pak Tinus - edisi 27 Juli 2015


GADO- GADO
Bersama : Pak Tinus
(Praktisi Psikologi Industri, Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO))



(Lanjutan edisi Senin 13 Juli 2015 tentang "Menjadi Salesman").


"Tapi apa benar bahwa kerja jadi salesman itu PENGHASILANNYA BESAR dan KARIRNYA BAGUS ?" tanya Slontrot.

Aku mengangguk-anggukkan kepala. "Benar. Dan lowongan kerja menjadi salesman relatif lebih banyak daripada jadi staf administrasi. Makanya, kalau kamu ingin cepat kerja, jangan maunya kerja di bagian administratif. Melamarlah di bagian penjualan," kata saya.

"Tapi kalau saya tidak mahir berbicara menawarkan dagangan, bagaimana ?" tanya Slontrot.

"Ya harus berlatih selama kamu masih sekolan atau kuliah. Kamu harus sudah membuktikan bahwa kamu memang bisa berjualan. Memang bakat setiap orang dalam berjualan berbeda-beda. Ada yang bakatnya besar sehingga tidak usah banyak berlatih sudah langsung mahir berjualan. Ada yang bakat berjualannya kecil sehingga harus belajar dan berlatih keras supaya bisa mahir berjualan . Pepatah mengatakan bahwa BANYAK PRAKTEK MEMBUAT ORANG JADI AHLI. Maka, banyaklah berpraktek menjual".

"Tapi kalau akhirnya saya diterima bekerja di bagian administratif, apakah ketrampilan menjual yang sudah saya pelajari tetap ada gunanya?" tanya Slontrot.

"Tentu saja ada gunanya. Ketika kamu bekerja di perusahaan, konsumen kamu ada dua macam. Pertama, KONSUMEN EKSTERNAL, yaitu para pembeli produk barang atau jasa yang dijual perusahaanmu. Kedua, KONSUMEN INTERNAL, yaitu para atasanmu, para rekan sejawatmu, para anak buahmu. Kalau kamu bekerja menjadi salesman, kamu harus melayani konsumen eksternal dan internal. Kalau kamu bekerja di bagian administratif, kamu harus melayani konsumen internal. Intinya, kamu bekerja di bagian apapun, kamu harus melayani konsumen. Nah, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap untuk melayani konsumen ini ada pada kompetensi seorang salesman. Jadi, kalau akhirnya kamu bekerja di bagian administrasi sekalipun, kamu akan terlihat menonjol karena kamu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seorang salesman yang mahir dalam memberikan kepuasan kepada konsumen internal," jawab saya panjang lebar.

"O.... Begitu ya ? Termasuk ketika saya punya ide untuk perusahaan, saya bisa mengajukannya dengan cara yang efektif dan efisien karena saya bisa MENJUAL IDE dengan baik karena saya punya pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seorang salesman, ya ?" Slontrot menyampaikan pemikirannya.

"Betul sekalk !" saya membenarkan pemikiran Slontrot. "Seseorang yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sebagai seorang salesman karena memiliki penglaman sebagai salesman akan lebih mudah MENJUAL IDENYA sehingga diterima oleh atasan, rekan sejawat, dan bawahan, karena dia memang ahli menjual......  dalam hal ini menjual ide. Hal seperti inilah yang membuat dia memiliki karir yang relatif lebih baik karena dia menguasai INTERPERSONAL SKILL yang baik".

"O.... Jadi INTERPERSONAL SKILL ini perlu dan paling gampang dikuasai dengan praktek menjadi salesman ketika masih sekolah atau kuliah, ya?" tanya Slontrot. 

"Tepat sekali. Ada banyak karyawan yang pandai mengerjakan pekerjaannya, tetapi karirnya biasa-biasa saja. Mengapa? Karena dia tidak punya INTERPERSONAL SKILL yang baik alias dia tidak pandai berhubungan dengan manusia, baik itu atasan, rekan sejawat, maupun bawahan. Padahal kalau dia ingin dapat promosi jabatan, intinya dia harus memimpin anak buah..... dan itu berarti dia harus memiliki INTERPERSONAL SKILL yang baik. Kalau dia tidak punya INTERPERSONAL SKILL yang baik dan tetap diberi promosi jabatan untuk memimpin anak buah, maka kepemimpinannya tidak akan efektif dan efisien..... dan cepat atau lambat maka dia akan dicopot dari jabatannya sebagai pimpinan karena prestasinya sebagai pemimpin jelek," jawab saya.


-----oOo-----

Penulis: 
Ir. Constantinus, M.M.


Pak Tinus sudah bekerja menjadi salesman sejak umur 19 tahun. 
Sejak tahun 2002 menjadi Praktisi Human Resources. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar